Newcastle Upon Tyne, November 12, 2017 at 07:20,
Keinginan untuk bisa sekolah di LN, sudah ada sejak saya dapat booklet program liburan belajar Bahasa Inggris di LN dari EF. Waktu itu saya masih sekolah di SMA Islam Al-Azhar Pusat, sekitar tahun 1990. Dan dari beberapa pilihan negara yang di tawarkan, saya paling tertarik dengan Inggris, karena menurut saya kota-kota di Inggris cantik dan sangat bergaya eropa, terutama Kastil dan juga landscape nya. Dan tanpa sadar, keinginan dari SMA itu yang membawa saya memilih Inggris sebagai pilihan pertama saya untuk sekolah S3 dibanding Amerika, walaupun saya juga punya peluang untuk sekolah S3 disana karena lolos seleksi FULLBRIGHT Scholarship tahun 2016 kemarin. Tapi tawaran sekolah di Inggris lebih menarik, selain masa studi nya yang tidak terlalu lama, sekitar 3-4 tahun, kondisi keamanan di Inggris juga menjadi pertimbangan lain untuk lebih memilih Inggris dibandingkan negara lain. Hal ini dikarenakan, saya juga membawa anak-anak untuk tinggal di Inggris selama saya studi. Karenanya, ketika saya diterima di Newcastle Unviersity, UK dari School of Geography, Politics and Sociology, program studi Human and Social Geography, di bulan April 2016, saya langsung menerimanya. Karena selain, jurusan ini termasuk rangking 50 terbaik di dunia (QS World University Ranking 2016, by subject), http://www.ncl.ac.uk/gps/geography/about/, kota Newcastle Upon Tyne juga termasuk kota teraman no. 2 di UK. Sejak 9 Januari 2017, melalui beasiswa LPDP untuk dosen (BUDI-LN, Angkatan 1), saya memulai perjalanan studi PhD saya di Newcastle University, UK. Sekalipun penelitian saya masih terkait dengan keilmuan saya di bidang Ilmu Komunikasi, dimana studi saya mempelajari Perilaku Komunikasi masyarakat di Musrebang untuk memperbaiki proses dialog antara Pemerintah dan non-Pemerintah, dengan tujuan untuk membuat desain retorika dan dialektikal untuk perencanaan partisipatif, civic engagement dan sistem tata kelola berkelanjutan di Indonesia. Tapi hal yang paling menarik dari sekolah di jurusan Human and Social Geography adalah, dengan kita berada dijurusan yang berbeda, kita memperoleh keluasan wawasan berpikir dalam melihat persoalan yang ada, tidak hanya dari perspektif komunikasi, tapi juga perspektif Socio-Cultural Geography yang banyak mengeksplorasi faktor identitas, tempat dan hubungannya dengan budaya, dengan menekankan aspek culture region, cultural landscape, cultural diffusion, cultural ecology and cultural interaction (Horton dan Kaftl, 2014; Jordan-Bychkov et al., 2006). Kemudian dari aspek sosial, yang memfokuskan pada aspek social provision, social reproduction, social identities and inequalities (Pain, 2003). Dan lebih dari itu, untuk mendapatkan pandangan yang lebih komprehensif, spatial knowledge juga menjadi bagian yang di eksplorasi didalam penelitian saya. Hal diatas perlu dieksplorasu, karena culture is communication and communication are culture (Hall, 1959, p. 186). Mempelajari ilmu dengan lintas displin adalah hal yang paling saya nikmati dari proses belajar selama di Newcastle University ini. Tantangan, hambatan, kesulitan pasti ada, apalagi kita berada di negara yang memiliki budaya berbeda, cara belajar yang berbeda, gaya menulis yang berbeda, terutama critical thinking, namun hal itu bisa kita minimalisir dengan berusaha untuk belajar, beradaptasi, bertanya dengan teman-teman yang sudah lebih dulu tinggal di Inggris, baik orang Indonesia, International student dari negara lain, ataupun local people. Unit-unit pendukung yang disediakan kampus juga sangat banyak menolong International student untuk dapat mengatasi persoalan yang dihadapinya, seperti Student Representative, Student Advisor, Writing Development Centre bahkan di Newcastle University juga punya unit Student Well-Being (semacam guru BP kalua waktu jaman saya sekolah dulu). Yang penting kita mau terus memperbaiki kualitas kerja kita dan belajar keras untuk bisa menjadi lebih baik, dan jangan lupa banyak berdoa kepada Tuhan YME, karena saya sangat percaya, kemudahan dan jalan keluar itu selalu datang dari Dia. Akhir kata, belajar di negara berbeda akan menjadi salah satu pengalaman berharga seumurhidup yang tidak akan kita dapatkan tiap waktu. Dan saya sangat mensyukuri tiap hal yang saya lalui. Jadi, kalaupun merasa ujian IELTS/TOEFL susah, nulis dalam Bahasa Inggris susah, hubungi supervisor susah, berkomunikasi dalam Bahasa Inggris susah, itu tidak ada apa-apa nya dibandingkan dengan apa yang akan kita dapatkan nantinya. Terus semangat, berusaha, dan berdoa untuk mencapai apa yang kita inginkan. Sukses selalu untuk semua. Salam Hangat, |