You are currently viewing Ph.d Candidate Newcastle University – Novieta Hardeani Sari 2

Ph.d Candidate Newcastle University – Novieta Hardeani Sari 2

Hi semua, apa kabar. Semoga semua sehat dan tetap semangat ya, walau sedang menghadapi wabah Covid-19 ini. Saya, Novieta Hardeani Sari, dosen FISIP Universitas Nasional, yang saat ini sedang menempuh Pendidikan S3 saya di Newcastle University, UK, dengan beasiswa LPDP, juga mengalami kondisi yang hampir sama seperti di Indonesia. Kampus saya sendiri, Newcastle University, sudah di lockdown sejak 17 Maret 2020. Diikuti kemudian dengan penutupan seluruh wilayah Inggris Raya, lockdown secara nasional, sejak tanggal 23 Maret 2020, hingga hari ini . Dimana rencananya akan direview kembali pada tanggal 7 Mei 2020 nanti.

Sebelum saya lanjut, mungkin saya perlu sedikit menjelaskan secara singkat, negara Inggris Raya ini, dibagi kedalam 4 wilayah besar, yaitu England, Wales, Skotlandia dan Irlandia Utara. Dimana dua dari wilayah yang ada di Inggris Raya ini, Skotlandia dan Irlandia Utara, berdasarkan Undang-Undang Monarki Inggris, diberikan keistimewaan otonomi khusus, yang dengan keistimewaan ini, wilayah tersebut memiliki kewewenangan untuk membuat peraturan/kebijakan dan parlemen sendiri. Masing-masing wilayah ini dipimpin oleh First Minister, beberapa menyebutnya Perdana Menteri Skotlandia dan Perdana Menteri Irlandia Utara. Walapun memiliki kewewenangan untuk mengatur pemerintahan daerahnya secara administratif, namun posisi kedua Perdana Menteri ini, secara yuridis tetap berada dibawah Perdana Menteri Inggris Raya, yang saat ini di pimpin oleh Boris Johnson.

Kota Newcastle Upon Tyne sendiri, berada di paling utara wilayah England, berbatasan dengan Skotlandia, dimana secara historis, dibatasi oleh tembok Hadrian (Hadrian Wall), yang detail historis nya bisa di klik di sini https://www.english-heritage.org.uk/visit/places/hadrians-wall/hadrians-wall-history-and-stories/history/ . Disebut dengan nama Newcastle Upon Tyne, karena kota ini berada di atas sungai Tyne, dimana untuk menghubungkan kota Newcastle Upon Tyne dengan kota-kota lain, yang menjadi citihub nya, dibangun 7 jembatan besar disepanjang sungai Tyne ini, nama-nama jembatan tersebut bisa di lihat di link ini, https://www.triposo.com/layer/4rlxmpd.

Kota Newcastle Upon Tyne sendiri memiliki bahasa dan dialek daerah spesifik, yang orang lokal sebut Bahasa Geordie. Seperti Indonesia, di Inggris banyak sekali bahasa dan dialek lokal/daerah, yang bisa saya bilang, sama sekali tidak sama dengan Bahasa Inggris yang umumnya kita kenal. Untuk yang pingin mendengar langsung cara pengucapan bahasa dan dialek Geordie, bisa di liat di link berikut inihttps://www.youtube.com/watch?v=0C1jbnBB6nc; https://www.youtube.com/watch?v=phIR36Tmcrg.

Beberapa contoh kata sederhana perbedaan antara Bahasa Inggris dan Bahasa Geordie:
Bahasa Inggris ? Bahasa Geordie Bahasa Inggris ? Bahasa Geordie
Yes ? Aye Home ? Yem
No ? Nee Friend ? Marra
Go ? Gan Food ? Bait
Do, Doing ? Dee, Deein? Good – Canny

Baik, sekarang kita balik lagi membahas soal wabah Covid-19 di UK. Mungkin, sebagian yang suka mengikuti berita Luar Negeri cukup tau, bahwa negara-negara di Eropa merupakan negara-negara yang termasuk memiliki jumlah pasien positif Corona yang tinggi di dunia, termasuk juga UK. Hingga hari ini, 3 Mei 2020, jumlah pasien positif terinfeksi Corona di UK sudah mencapai 186.599 pasien, dengan jumlah yang meninggal mencapai 28.446 orang, bisa di lihat di link ini https://www.thesun.co.uk/news/10801702/coronavirus-uk-deaths-cases-total/. Walau jumlah penambahan dan pasien yang meninggal mulai menurun, dibandingkan beberapa hari sebelumnya, hingga di sebutkan oleh PM Boris Johnson dua hari yang lalu bahwa UK telah melewati fase 1 dari penyebaran wabah Covid-19 ini. Namun, saya menilainya masih cukup tinggi, karena masih sekitar 358 orang yang meninggal hari ini.

Merebaknya wabah Covid-19 ini dengan sendirinya, memberi dampak besar bagi semua orang, baik secara ekonomi, sosial, budaya maupun mental. Kenapa UK memiliki tingkat pasien dan korban Covid-19 yang tinggi, beberapa menilai, karena telatnya pemerintah Boris Johnson mengantisipasi wabah Covid-19, ditambah lagi, masyarakat Inggris sendiri secara umum, tidak terbiasa menggunakan masker muka ketika berada di ruang publik, dan beberapa lainnya kadang di temui masih melakukan kegiatan berkumpul yang lebih dari dua orang.

Lalu bagaimana kondisi bulan Ramadhan di UK? yang saat ini sedang dijalankan oleh seluruh umat Muslim di dunia? termasuk saya, yang saat ini juga sedang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Secara umum, untuk waktu berpuasa dirasakan masih sama dari tahun ke tahun, cukup panjang, dimulai dari sekitar pukul 3 pagi, dan buka sekitar hampir jam 10 malam. Dan secara jujur, panjangnya waktu puasa ini, buat saya pribadi juga anak-anak saya, tidak terlalu dirasa berat, terutama karena saya sudah melakukan hal tersebut dalam tiga tahun belakangan ini. Oya, mungkin perlu tahu juga, dikarenakan waktu tarawih dilakukan di hampir tengah malam, dan masjid-mesjid yang ada di Newcastle ini tidak ada yang dekat dengan rumah saya, maka praktis, saya tidak pernah melakukan sholat tarawih di masjid Newcastle. Sehingga hal ini, mungkin juga tidak terlalu dirasakan perbedaan nya buat saya, walau aktifitas agama, baik sholat jumat, sholat fardhu jama?ah dan sholat tarawih, ceramah maupun kegiatan agama lainnya tidak lagi bisa dilakukan sejak di berlakukan nya lockdown di seluruh Inggris, tanggal 23 Maret lalu.

Namun, yang mungkin paling saya rasakan akan sangat berbeda adalah ketika sholat Ied nanti. Karena kabarnya, sholat Ied pun mungkin tidak ada, dan itu juga termasuk kunjungan silahturahmi kerumah kerabat dan pastinya, ucapan selamat lebaran yang biasanya kita lakukan setelah selesai Sholat Ied dilapangan, yang disiapkan oleh pengurus masjid di Newcastle, termasuk juga, tidak ada acara makan nasi biryani setelah selesai Sholat Ied seperti yang biasa dilakukan di tahun-tahun sebelumnya.

Selain, hilangnya moment yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia yang tinggal di Newcastle, yaitu mengunjungi rumah-rumah kerabat, sambil menikmati khas makanan Indonesia, seperti layaknya lebaran di Indonesia, dengan pilihan yang berlimpah, termasuk aneka kue-kue keringnya. Beberapa foto acara lebaran yang biasa di lakukan Muslim Indonesia yang tinggal di Newcastle Upon Tyne.

Namun, bagi saya segala sesuatu yang terjadi itu, baik hal positif ataupun negatif, saya percaya selalu ada hikmahnya. Hal yang paling dirasakan adalah kebersamaan dengan keluarga, yang biasanya kurang, dengan adanya lockdown, menjadi lebih terasa. Walaupun, anak-anak saya pun, beberapa kali mengeluh kapan bisa sekolah lagi, karena banyak rencana dan kegiatan yang tadinya sudah dijadwalkan, akhirnya jadi dibatalkan karena wabah Covid-19, termasuk ujian akhir GCSE (untuk Secondary School, setara SMA) and SAT (untuk primary school, setara SD) mereka, yang di batalkan karena wabah Covid-19 ini. Tapi apapun itu, hal yang juga jangan sampai kita lupakan adalah rasa syukur bahwa sampai saat ini, kami sekeluarga, masih diberi keselamatan dan Kesehatan oleh Allah YME. Semoga Kesehatan dan keselamatan menjadi milik rekan-rekan akademisi, mahasiswa, karyawan Universitas Nasional lainnya juga. Akhir kata, saya bu Novieta H Sari dan Kel mengucapkan selamat berpuasa, mohon maaf lahir batin. Semoga puasa tahun ini, membawa keberkahan dan pahala berlimpah dari tahun-tahun sebelumnya, dan menjadikan kita manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Aamiin YRA. Sampai ketemu lagi, dilain cerita.

Salam,
Bu Novie

Novieta H Sari
Awardee LPDP, BUDI-LN 2016
PhD and Teaching Assistant at Human Geography
Newcastle University, UK

Associate Lecturer in Department of Social Sciences
Northumbria University, Newcastle Upon Tyne, UK

Dosen FISIP Universitas Nasional, Indonesia

PhD Research Project:
?Communication Approaches for Participatory Planning and Civic Engagement in Sustainable Governance Systems in Indonesia?

Supervisor Team:
Prof Rachel Woodward, Dr Gareth Powells, Prof Rachel Pain

Leave a Reply